|
Partai
Demokrat Ditinggalkan Pendirinya |
Oleh
: Daniel Tagukawi/Eddy Lahengko
Jakarta
- Seorang pendiri Partai Demokrat, Vence Rumangkang,
resmi meninggalkan partai yang didirikannya pada tahun
2001 lalu. Vence sudah menyurati Ketua Dewan Pembina Partai
Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono dan DPP Partai Demokrat
mengenai keputusannya itu.
Kini,
Vence bergabung dengan Partai Barisan Nasional (Barnas)
Keputusan
Vence itu disampaikan dalam rapat nasional Partai Barnas
di Jakarta, tadi malam (Rabu, 16/7). Sementara itu, Ketua
Fraksi Demokrat di DPR Syarief Hasan yang dihubungi SH,
Kamis (17/7), menyatakan sangat menyayangkan keputusan Vence
yang kini duduk sebagai anggota Dewan Penasihat Partai Demokrat
itu.
Rapat
Nasional yang dibuka Ketua DPR Agung Laksono itu juga menetapkan
Vence sebagai Ketua Umum Partai Barnas, sedangkan Roy Sembel
yang selama ini menjadi pejabat sementara, ditetapkan sebagai
Wakil Ketua Umum.
Menurut Vence,
dirinya sudah mengajukan pengunduran diri dari Partai Demokrat
sehingga dirinya bukan lagi anggota Partai Demokrat. ”Saya
sudah sampaikan surat pengunduran itu,” katanya.
Dia
mengungkapkan sesungguhnya dirinya sudah lama diminta untuk memimpin
Partai Barnas, tapi selalu ditampik.
Dia akhirnya menerima
setelah semua perwakilan dari daerah mendukung dirinya untuk
memimpin Partai Barnas. “Saya tidak memiliki ambisi apa
pun. Itu juga sudah terbukti, ketika saya dirikan satu partai
dan saya tidak menginginkan jabatan apa pun,” kata Vence
yang juga mantan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat.
Mendirikan
partai, kata Vence, bukan sebagai tempat untuk mencari makan.
Sebab, partai didirikan untuk mendapat kekuasaan yang digunakan
untuk kepentingan rakyat. Manusia dilahirkan, bukan untuk diri
sendiri, tapi juga untuk orang lain. Partai ini hanya wadah untuk
berbuat bagi sesama.
“Semua pengurus
harus melayani, bukan dilayani. Jangan layani pengurus yang
ke daerah. Juga tidak boleh ada setoran dari DPC ke DPD, atau
DPD ke DPP. Ini tidak benar,” tegasnya.
Untuk itu, Partai
Barnas harus siap mendukung kebijakan pemerintah sejauh kebijakan
itu membawa kebaikan bagi masyarakat. Sebaliknya, kalau ada
kebijakan yang keliru, harus dibenahi bersama-sama. “Jadi,
kita tidak melihat pemerintah, tapi melihat bagaimana kebijakannya
bagi masyarakat,” kata Vence.
Saat ditanyai
mengenai target dalam Pemilu 2009, Vence menjelaskan hanya ingin
lolos dari parliamentary threshold. Namun kalau suara signifikan,
tentu Partai Barnas akan mengajukan calon presiden atau wakil
presiden. “Se-karang, kita tidak bisa bicara apa pun,
karena sangat ditentukan hasil Pilpres,” paparnya.
Ketua Fraksi Demokrat
DPR Syarief Hasan mengatakan, keputusan untuk mundur dari Partai
Demokrat sepenuhnya merupakan hak orang yang tidak boleh dibatasi.
“Itu memang hak dan wajar terjadi dalam politik. Tapi,
kami juga sangat menyayangkan keputusan seperti itu,”
lanjutnya.
Menurutnya, Partai
Demokrat sejauh ini tidak mempunyai hubungan apa pun dengan
Partai Barnas. Namun tidak tertutup kemungkinan suatu ketika
akan menjalin kemitraan dengan Partai Barnas. Tapi saat ini,
hanya sebatas sesama parpol peserta pemilu.
Mengenai status
pendiri partai, Syarief mengatakan semua pendiri partai berstatus
sama dengan anggota partai yang lain. Pendiri partai itu merupakan
bagian dari sejarah partai. Dia juga menampik kalau dikatakan
Partai Demokrat tidak solid sehingga sejumlah kadernya meninggalkan
partai. “Saya kira, pengaruh yang muncul tidak terlalu
besar,” ungkap Syarief mengenai implikasi pengunduran
diri Vence.
Sebelumnya, sejumlah
kader Partai Demokrat yang ikut membesarkan Partai Demokrat
pada tahun 2004 juga sudah keluar dari Demokrat, seperti Sys
NS dan KH Azidin. Situasi ini juga terjadi di berbagai daerah.
Ketua DPR Agung
Laksono yang membuka Rapat Nasional Partai Barnas itu memberikan
apresiasi kepada Partai Barnas karena berhasil lolos sebagai
peserta pemilu. Agung mengharapkan keberadaan Partai Barnas
ikut memberikan pengaruh positif dalam kehidupan berpartai dan
dapat menempatkan politisi yang berkualitas di DPR.
“Saya
minta, sebaiknya jangan mengajukan calon yang bermasalah, sehingga
kalau terpilih dapat mengangkat citra parpol dan dewan. Kualitas
DPR sangat ditentukan kader yang diajukan partai politik,”
tutur Agung.
Disadur
dari : SINAR HARAPAN
|